Tan Sri Abdul Wahid Omar adalah Ketua Bursa Malaysia Berhad dan Universiti Kebangsaan Malaysia. Saat ini ia menjadi Visiting Fellow di Oxford Centre for Islamic Studies di Inggris.
Sebagai Profesor Praktik, Tan Sri Abdul Wahid akan berbagi pengetahuan dan pengalamannya yang tak ternilai dengan para mahasiswa dan sesama anggota fakultas melalui berbagai saluran. Ia akan menjadi instruktur pendamping dalam sejumlah mata kuliah seperti Mengelola Orang dan Organisasi; Kewirausahaan dan Inovasi; dan Manajemen dan Investasi Keberlanjutan. Ia juga akan memberikan keahlian dan konsultasi kepada beberapa komite akademis di INCEIF. INCEIF mengharapkan masukannya dalam pengembangan kurikulum dan silabus kami.
Tan Sri Abdul Wahid telah diakui sebagai salah satu pemimpin perusahaan paling serba bisa di Malaysia setelah memimpin empat organisasi besar dalam pengembangan infrastruktur, telekomunikasi, layanan keuangan, dan manajemen investasi.
Ia menjabat sebagai Ketua Grup Permodalan Nasional Berhad (PNB), perusahaan pengelolaan dana terbesar di Malaysia, dari Agustus 2016 hingga Juni 2018 setelah menyelesaikan masa jabatannya sebagai Senator dan Menteri di Departemen Perdana Menteri yang bertanggung jawab atas Perencanaan Ekonomi dari Juni 2013 hingga Juni 2016.
Sebelum diangkat menjadi anggota kabinet, Tan Sri Abdul Wahid sebelumnya menjabat sebagai Presiden dan CEO Maybank, perusahaan publik terbesar di Malaysia dan salah satu grup perbankan terkemuka di Asia Tenggara, sejak Mei 2008. Ia berjasa mengubah Maybank menjadi grup perbankan regional dan pemimpin global dalam keuangan Islam. Strategi 'Islamic first' yang diterapkan Maybank selama masa jabatannya memungkinkan Maybank Islamic untuk memperluas keunggulannya sebagai bank Islam terbesar di Malaysia dan kemudian muncul sebagai bank Islam terbesar kelima di dunia. Ia juga menjabat sebagai Ketua Asosiasi Bank di Malaysia.
Sebelum bergabung dengan Maybank, Tan Sri Abdul Wahid menjabat sebagai Group Chief Executive Officer Telekom Malaysia Berhad (TM) sejak Juli 2004 hingga pemisahannya dengan Axiata Group Berhad pada April 2008. Ia berjasa mengubah TM menjadi perusahaan telekomunikasi regional yang kompetitif dengan penekanan khusus pada komunikasi seluler. TM memperluas bisnis komunikasi selulernya ke Indonesia dan Singapura serta memperkuat kehadirannya di Kamboja, Sri Lanka, dan Bangladesh selama masa jabatannya sebagai CEO.
Sebelumnya, ia menjabat sebagai Direktur Pelaksana/Kepala Eksekutif UEM Group Berhad, dan menduduki jabatan pertama sebagai CEO saat berusia 37 tahun. Ia berhasil memimpin pemulihan UEM Group, konglomerat pengembangan infrastruktur terbesar di Malaysia (yang memiliki PLUS Expressways), setelah diambil alih oleh dana kekayaan negara Khazanah Nasional pada tahun 2001.
Tan Sri Abdul Wahid adalah anggota Asosiasi Akuntan Bersertifikat (ACCA, Inggris), Institut Akuntan Bersertifikat di Inggris & Wales (ICAEW) dan Institut Akuntan Malaysia (MIA).
Ia telah menerima banyak penghargaan sepanjang kariernya. Penghargaan ini termasuk penghargaan CEO Malaysia Tahun Ini 2006 dari Business Times/American Express, Penghargaan Prestasi Kepemimpinan Malaysia dari The Asian Banker tahun 2013, dan penghargaan The Edge Value Creator tahun 2013. Ia juga dianugerahi gelar Doktor Kehormatan bidang Ekonomi dari Universitas Multimedia, Malaysia (MMU) pada tahun 2014 dan gelar Doktor Kehormatan bidang Ekonomi & Administrasi Muamalat dari Universitas Sains Islam Malaysia (USIM) pada tahun 2018.